Tips Mengajarkan Pendidikan Seksual Pada Anak Berkebutuhan Khusus

Sebelum saya berbagi tips, ijinkan saya bertanya terlebih dahulu, apa yang pertama kali terlintas dalam benak Bapak dan Ibu saat mendengar kata pendidikan seksual? Di negara Indonesia yang kental dengan budaya timur, kata ini sering kali dihindari oleh para orangtua, karena dianggap tabu untuk dibicarakan.
Pertanyaan selanjutnya, kalau bukan kita siapa lagi yang kelak akan membimbing dan mengajarkan anak-anak kita mengenai pendidikan seksual? Akan lebih baik mereka tahu dan paham mengenai pendidikan seksual dari orangtua atau guru-gurunya, ketimbang mereka berusaha mencari tahu sendiri hal-hal mengenai pendidikan seksual melalui berbagai sumber yang belum tentu jelas kebenarannya, bukan?
Para orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus umumnya beraggapan bahwa anak-anak dengan kebutuhan khusus tidak memiliki hasrat atau dorongan seksual. Hal ini disebabkan mereka masih menunjukkan perilaku yang kekanak-kanakan dan tidak sesuai dengan usianya.
Faktanya, anak dengan kebutuhan khusus juga mengalami perubahan fisik, sama seperti remaja pada umumnya ketika mereka memasuki masa pubertas. Mereka tetap mengalami perubahan bentuk tubuh. Remaja perempuan mengalami menstruasi, dan remaja laki-laki mengalami mimpi basah. Terjadi juga perubahan hormonal, serta muncul ketertarikan pada lawan jenis. Perubahan-perubahan itu merupakan hal yang sangat wajar terjadi ketika seorang anak mulai beranjak remaja.
Berikut ini, beberapa manfaat mengajarkan pendidikan seksual pada anak dengan kebutuhan khusus:
- Anak memahami batasan dalam berperilaku, mengenai apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan
- Anak belajar merawat kebersihan diri sejak dini,
- Anak dapat belajar melindungi dirinya sendiri dari berbagai tindakan kejahatan.
- Anak disiapkan untuk memasuki masa pubertas dan remaja.
Berikut ini, tips-tips yang dapat dipraktikkan untuk mulai mengajarkan pendidikan seksual pada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.
1. Materi yang disampaikan harus spesifik
Sebelum menyampaikan materi pendidikan seksual kepada anak dengan kebutuhan khusus, orangtua perlu terlebih dahulu menetapkan tujuan pembelajaran yang spesifik sesuai dengan kebutuhan anak misalnya; ingin mengajarkan pengenalan gender anak laki-laki dan perempuan, perbedaan cara berpakaian, atau cara memasang pembalut dengan benar bagi remaja perempuan.
2. Materi dan target pembahasan disesuaikan dengan kemampuan pemahaman anak BUKAN disesuaikan dengan USIA anak
Anak-anak dengan kebutuhan khusus umumnya mengalami kesenjangan antara usia dan kemampuan berpikirnya. Dalam ruang praktik, saya sering kali menemukan para remaja perempuan yang masih mengalami kesulitan untuk merawat diri sendiri misalnya, belum mampu memasang pembalut atau kurang menyadari pentingnya mengganti pembalut mereka, ketika terasa penuh atau sudah tidak nyaman. Oleh karena itu, sebelum memberikan pendidikan seksual kepada anak, kita perlu mengetahui lebih dulu sejauh mana pengetahuan anak.
3. Penggunaan bahasa sederhana dan konkret, namun tetap sesuai istilah ilmiahnya
Misalnya ketika menjelaskan materi perubahan organ pada remaja perempuan, dapat dijelaskan bahwa bentuk payudara pada anak perempuan akan mengalami perubahan dan berukuran lebih besar, hal ini dikarenakan, kelak ketika dewasa dan menjadi seorang ibu, payudara akan mengeluarkan air susu. Pemberian materi mengenai pendidikan seksual harus dilakukan dengan sederhana agar anak lebih mudah memahaminya,
4. Menggunakan media yang beragam ketika menjelaskan
Media yang dimaksudkan misalnya: video, lagu, poster, puzzle, flashcard (kartu bergambar). Penjelasan perlu disampaikan secara konkret, aplikatif dan berulang-ulang. Bila memungkinkan ajak anak untuk mempraktekan keterampilan yang telah dipelajari misalnya, remaja perempuan dapat diajak melakukan role play mengenai cara memasang pembalut dengan benar.
