Attunement dalam Proses Treatment

Attunement merupakan sensasi kinetik dan emosional yang dialami saat membangun koneksi dengan seseorang. Contoh sederhananya, saat bermain dengan anak, terapis dapat mengikuti cara bermain dan “mengalami” perasaan yang dialami anak tanpa harus melakukan komunikasi verbal.
Bagaimana attunement tercapai?
- Terapis perlu “hadir” sepenuhnya dalam sesi treatment
Selama berinteraksi dengan klien, terapis perlu memfokuskan perhatian sepenuhnya pada klien, bukan hanya pada aktivitas yang dilakukannya. Perhatikan ekspresi wajahnya, bahasa tubuh, setiap perkataan, intonasi suara, dan hal-hal yang ada di sekitarnya.
- Untuk sementara, kesampingkan pemikiran dan perasaan pribadi
Tujuan terapis di dalam sesi adalah untuk memahami dan membantu klien. Oleh karena itu, kepentingan klien adalah hal yang diutamakan, bukan kepentingan pribadi. Dengan mengesampingkan pemikiran dan perasaan pribadi, terapis lebih mudah memahami kondisi klien tanpa terpengaruh berbagai nilai dan kepercayaan pribadi terkait dengan pengalaman klien. Dengan demikian, akan memungkinkan bagi terapis untuk menerima kondisi klien secara terbuka dan netral.
- Memperhatikan klien secara penuh
Seiring berjalannya sesi, terapis perlu memperhatikan bahasa verbal dan nonverbal yang ditampilkan klien. Bahasa verbal merupakan setiap perkataan yang diucapkan klien selama sesi. Sementara bahasa nonverbal meliputi ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Selain itu, berbagai hal yang mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan tindakan klien juga perlu diperhatikan, agar lebih mudah memahami kondisinya.
Ketika attunement tercapai, terapis dan klien sama-sama mampu merasakan satu sama lain. Aksi-reaksi yang terjadi dapat membantu klien merasakan ketulusan dan kesungguhan terapis dalam menjalankan sesi. Ketika merasakan perubahan, klien akan mengalami perubahan pola berpikir, perasaan, dan suasana hati. Pada akhirnya, hal-hal ini akan mempengaruhi caranya bertutur kata dan bertindak.
Melihat pengaruhnya yang begitu besar dalam proses perubahan diri klien, tentunya terapis perlu menjaga kondisi fisik dan mental agar tetap prima. Ketika kondisi terapis prima, secara perlahan klien akan menyesuaikan diri hingga memiliki kondisi yang serupa.
